Senin, 06 April 2009

ADA DI ROMBONGAN MANA? Catatan Minggu Palma


Minggu pagi, aku merayakan Minggu Palma di Padokan. Upacara di mulai di Lapangan Madukismo… rasanya seperti kampanye saja, sekian banyak orang berkumpul di lapangan, ada mimbar untuk ‘orasi’, pakai kostum merah-merah, hehehehe…

Perayaan Minggu Palma secara ringkas padat menggambarkan secara penuh dinamika mengikut Kristus. Di luar, umat berseru mengelu-elukan Dia, “Hosana Putra Daud…! Terpujilah…!” lalu bergerak ke dalam Gereja, orang berganti seruan, “Salibkan Dia! Salibkan Dia!” Ini merupakan gambaran yang tegas dan terang mengisyaratkan pada kita: kemuliaan Kristus berarti kesediaanNya untuk sengsara sampai mati, dan kesengsaraanNya sampai mati itulah yang memuliakan dia dengan sepenuhnya dalam kebangkitanNya. Sebagai pengikut Kristus pun, tak bisa tidak, kita harus melewati dinamika yang sama pula!

Ada hal yang sangat menarik, yang kuamati ketika rombongan umat berarak dari lapangan menuju Gereja. Ternyata ada beberapa golongan rombongan, yang naga-naganya juga menunjukkan gambaran umat nyata dalam dinamika hariannya:
  • Ada rombongan umat yang dari awal perarakan sampai di dalam Gereja terus bernyanyi dengan penuh semangat! Dan, kita pun tahu, di antara umat ada pula orang yang dari awal dibaptis sampai saat ajalnya dengan semangat mengikuti dan mewartakan Kristus dengan semangat dan gembira.
  • Ada rombongan umat yang pada awalnya semangat nyanyi, tapi ketika jauh dari koor kemudian loyo tak berbunyi, baru kemudian sampai di Gereja ikut semangat lagi, menyanyi dengan mantap sambil melambai-lambaikan daun palmanya! Ini golongan dhatnyeng, kadang semangat kadang loyo. Saat tertentu, golongan ini begitu aktif terlibat, bahkan teramat sangat bersemangat… tapi dalam waktu singkat mereka menjadi loyo dan mlempem, semangat lagi dan loyo lagi, begitu seterusnya. Ada semangat, tapi tak ada konsistensi.
  • Ada rombongan umat yang dari awal perarakan sudah kelihatan malas-malasan, mereka memang berada dalam rombongan tetapi selama perjalanan saling bincang sendiri-sendiri, berjalan dengan seenaknya tanpa kekitmadan doa. Bukannya bernyanyi, mereka malahan ngobrol dengan teman sebelahnya. Kita tahu juga, ada umat kita yang memang sejak dibaptis sampai akhir hayat tak pernah murtad, tetapi mengikuti Kristus dengan setengah hati. Tidak bergiat dalam jemaat, sekedar mengalir saja, tak terlalu ambil peduli pada dinamika Gereja.
  • Ada pula rombongan yang sukanya main terobos, tidak mau ikut berarak di jalur perarakan yang panjang tetapi maunya langsung menuju Gereja saja. Mereka mengikuti upacara di barisan paling belakang, kemudian cepat-cepat lari meninggalkan lapangan lewat pintu belakang. Ada memang umat yang tak mau berproses dalam mengikuti Kristus tapi tetap ingin masuk surga. Mereka memilih jadi Katolik dua kali saja: saat dibaptis —kemudian ‘cuti’ tak pernah ke Gereja tak pernah terlibat apa-apa— dan baru kemudian hari, menjelang ajalnya dia kembali meminta pelayanan Gereja, pengurapan orang sakit dan pemakaman.
  • Masih ada golongan lainnya: rombongan kerjabakti angkat-angkat dan jaga parkir, tapi tidak ikut perayaan ekaristi. Barangkali ini mengisyaratkan pula adanya kelompok umat yang merasa ‘yang penting berbuat baik’ saja, sementara doa, ke Gereja, dan kegiatan Gerejawi lain dipandangnya tak ada nilainya.
Emmmmm…. Aku di rombongan mana ya? Atau model lain lagi?