Minggu, 10 Mei 2009

Pokok Anggur, Bunga Bandungan, dan hidupku...


Sabda Gusti Yesus, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering…”
Merenungkan ayat ini, spontan aku teringat pengalaman ibuku ketika membeli tanaman bunga di Bandungan beberapa tahun silam. Dengan keluguan seorang perempuan desa yang baik hati dan mempercayai kejujuran apa adanya, ibu membeli beberapa (cukup banyak untuk ukuran belanjanya) tanaman bunga. Ada mawar yang warna bunganya cukup unik, ada bunga ungu yang aku tak tahu namanya, dan masih banyak lagi.

Sampai di rumah, ternyata bunga-bunga itu segera layu. Masih dalam keluguannya, ibu hanya menduga mungkin karena perubahan cuaca saja. Tetapi, kemudian ranting tempat tumbuhnya bunga itu segera mengering. Ketika diperiksa, ternyata ranting itu bukan dari pohon yang hidup, tapi potongan ranting berbunga yang dipotong dan ditancapkan begitu saja. Memang, tanaman itu hidup. Tetapi bunga itu dari ranting mati yang ditancapkan di dekatnya. Seolah-olah, mawar atau bunga ungu di pot kecil itu sudah berbunga indah… Tapi alam tak bisa ditipu. Ranting potongan tidak menjadi hidup kalau hanya ditancapkan di dekat tanaman hidup, seberapa pun dekat menempelnya.

Sebagai orang Kristiani, tentu saja kita itu termasuk orang yang mendekatkan diri dan didekatkan dengan Kristus. Tetapi menjadi pertanyaan penting bagi kita: apakah kita memang sudah bersatu dengan Kristus? Ataukah kita ini hanya ditempelkan di dekat Kristus? Apakah kita sungguh menerima hidup dari Kristus? Ataukah hidup kita sendiri saja yang segera juga akan musna? Apakah keindahan yang kita tampilkan itu sungguh keindahan dari bunga Kristus, ataukah keindahan yang lain? Apa kita ini sungguh orang yang tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam kita? Ataukah kita hanya tinggal ‘di dekat’ Kristus, tanpa kesatuan denganNya?

Dalam suratnya, Rasul Yohanes mengingatkan bahwa kita itu hanya sungguh tinggal di dalam Allah dan Allah sungguh tinggal di dalam kita, apabila kita menuruti segala perintahNya. “Barangsiapa menuruti segala perintahNya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia… Dan inilah perintahNya, yaitu supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, AnakNya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita!” Dan Santo Yohanes masih mempunyai satu peringatan lagi buat kita, “Anak-anakku terkasih, marilah kita menaruh cinta kasih bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran!”

Kalau boleh membuka aib (hehehehe… gak tega mau bilang membuka kemaluan…. Padahal kalau rasa rindu dapat disebut kerinduan, rasa lelah tak salah disebut kelelahan, atau rasa ingin biasa dikatakan keinginan, boleh donk rasa malu disebut kemaluan, hehehehe… ah ngaco!), malu juga aku sebenarnya. Kadang cinta kasihku mandeg di kata-kata (lebih parah sering pula di kata-kata kotbah). Kadang bunga indahku bukan bunga Kristus tetapi bunga kemegahan diri yang akan cepat layu dan mati. Dan aku berpikir… jangan-jangan aku bukan ranting yang tinggal di dalam Kristus Sang Pokok, namun cuma ranting berbunga yang ditempelkan di dekatnya… yang akan mati segera.

Ah, Tuhan, jangan biarkan aku jadi ranting kering yang mati di sampingmu! Suburkan cinta kasihku agar aku bersatu denganMu dan hidup dariMu!

[Renungan Yoh 15:1-8 & 1 Yoh 3:18-24]

3 komentar:

  1. B. Heru KurniawanSenin, Mei 18, 2009

    Memang benar, harus kita akui sering kita sbg murid Kristus hanya sekedar menempelkan saja Kristus pada diri kita, yang sebenarnya tanpa kita sadari kita telah terjebak pada hal yg sifatnya simbolik. Memakai kalung salib, membuat tanda salib di tempat umum dan suka memakai kaos bergambar Yesus. Kita bangga melakukannya. Tapi apakah perbuatan kita sudah meneladan Kristus? Sudahkah kita menjalankan ajaran Kristus? Atau kita malah mencemarkan nama Kristus? Memang tidak keliru kita memakai kalung salib, tidak keliru pula kita membuat tanda salib di tempat umum, demikian pula dengan memakai kaos bergambar Yesus. Tapi pernahkah kita di jalan naik kendaraan ber-stiker gambar Yesus tapi ugal2an disertai umpatan2 kasar? Atau pernahkah kita di gereja malah "ngrasani" orang lain? Atau juga sepulang dari gereja, sewaktu keluar dari halaman gereja, kita ngomel2 pada orang yang kendaraannya menghalangi kendaraan kita? Nah, itulah kalau Kristus cuma sekedar sbg tempelan belaka, tidak kita tanam supaya menyatu dalam diri kita. Pernahkah kita terpesona dengan orang yg sumeh, suka menebar senyum dan 'rindu' dengan kehadirannya karena jika dekat dengannya suasana menjadi hangat, gembira dan damai. Disadari atau tidak, orang seperti itu sebenarnya telah menghadirkan Kristus di tengah-tengah kita. Alangkah indahnya jika setiap orang melakukannya, sehingga seorang yg satu dengan yg seorang lain merasakan kegembiraan dan kedamaian. Intinya adalah jika Kristus sudah tertanam dalam dan menyatu dengan diri kita, Kristus akan terpancar dan dirasakan oleh orang2 di sekitar kita, oleh sesama kita, dan selalu terwujud dalam perkataan, pikiran dan perbuatan yang nyata. Apakah bisa? Mampukah kita seperti itu? Manusia kan nggak ada yang sempurna? Kalau kita mengimani Yesus Kristus, sudah seharusnya kita MENGANDALKAN Yesus agar kita dimampukan untuk menjadi manusia yang SELALU LEBIH BAIK DARI KEMARIN.

    BalasHapus
  2. Bandungan, ... dingin :D

    Praktisnya pripun mas, soalnya kadang salah kira je, dipikirnya pagi hari udah doa yang siip, rasanya deket sama Kristus, tapi siyangnya ndak match ...

    BalasHapus
  3. Jumbo Slot Machine for sale at JBET Casino
    Find great deals on Jumbo Slot Machine and 안동 출장마사지 other products from JBET. 원주 출장샵 Save up to 60% off with our JBET Casino 울산광역 출장안마 coupon codes 전라북도 출장마사지 when 제주도 출장안마 visiting JBET.

    BalasHapus