Sabda Gusti Yesus, “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering…”
Merenungkan ayat ini, spontan aku teringat pengalaman ibuku ketika membeli tanaman bunga di Bandungan beberapa tahun silam. Dengan keluguan seorang perempuan desa yang baik hati dan mempercayai kejujuran apa adanya, ibu membeli beberapa (cukup banyak untuk ukuran belanjanya) tanaman bunga. Ada mawar yang warna bunganya cukup unik, ada bunga ungu yang aku tak tahu namanya, dan masih banyak lagi.
Sampai di rumah, ternyata bunga-bunga itu segera layu. Masih dalam keluguannya, ibu hanya menduga mungkin karena perubahan cuaca saja. Tetapi, kemudian ranting tempat tumbuhnya bunga itu segera mengering. Ketika diperiksa, ternyata ranting itu bukan dari pohon yang hidup, tapi potongan ranting berbunga yang dipotong dan ditancapkan begitu saja. Memang, tanaman itu hidup. Tetapi bunga itu dari ranting mati yang ditancapkan di dekatnya. Seolah-olah, mawar atau bunga ungu di pot kecil itu sudah berbunga indah… Tapi alam tak bisa ditipu. Ranting potongan tidak menjadi hidup kalau hanya ditancapkan di dekat tanaman hidup, seberapa pun dekat menempelnya.
Sebagai orang Kristiani, tentu saja kita itu termasuk orang yang mendekatkan diri dan didekatkan dengan Kristus. Tetapi menjadi pertanyaan penting bagi kita: apakah kita memang sudah bersatu dengan Kristus? Ataukah kita ini hanya ditempelkan di dekat Kristus? Apakah kita sungguh menerima hidup dari Kristus? Ataukah hidup kita sendiri saja yang segera juga akan musna? Apakah keindahan yang kita tampilkan itu sungguh keindahan dari bunga Kristus, ataukah keindahan yang lain? Apa kita ini sungguh orang yang tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam kita? Ataukah kita hanya tinggal ‘di dekat’ Kristus, tanpa kesatuan denganNya?
Dalam suratnya, Rasul Yohanes mengingatkan bahwa kita itu hanya sungguh tinggal di dalam Allah dan Allah sungguh tinggal di dalam kita, apabila kita menuruti segala perintahNya. “Barangsiapa menuruti segala perintahNya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia… Dan inilah perintahNya, yaitu supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, AnakNya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita!” Dan Santo Yohanes masih mempunyai satu peringatan lagi buat kita, “Anak-anakku terkasih, marilah kita menaruh cinta kasih bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran!”
Kalau boleh membuka aib (hehehehe… gak tega mau bilang membuka kemaluan…. Padahal kalau rasa rindu dapat disebut kerinduan, rasa lelah tak salah disebut kelelahan, atau rasa ingin biasa dikatakan keinginan, boleh donk rasa malu disebut kemaluan, hehehehe… ah ngaco!), malu juga aku sebenarnya. Kadang cinta kasihku mandeg di kata-kata (lebih parah sering pula di kata-kata kotbah). Kadang bunga indahku bukan bunga Kristus tetapi bunga kemegahan diri yang akan cepat layu dan mati. Dan aku berpikir… jangan-jangan aku bukan ranting yang tinggal di dalam Kristus Sang Pokok, namun cuma ranting berbunga yang ditempelkan di dekatnya… yang akan mati segera.
Ah, Tuhan, jangan biarkan aku jadi ranting kering yang mati di sampingmu! Suburkan cinta kasihku agar aku bersatu denganMu dan hidup dariMu!
Merenungkan ayat ini, spontan aku teringat pengalaman ibuku ketika membeli tanaman bunga di Bandungan beberapa tahun silam. Dengan keluguan seorang perempuan desa yang baik hati dan mempercayai kejujuran apa adanya, ibu membeli beberapa (cukup banyak untuk ukuran belanjanya) tanaman bunga. Ada mawar yang warna bunganya cukup unik, ada bunga ungu yang aku tak tahu namanya, dan masih banyak lagi.
Sampai di rumah, ternyata bunga-bunga itu segera layu. Masih dalam keluguannya, ibu hanya menduga mungkin karena perubahan cuaca saja. Tetapi, kemudian ranting tempat tumbuhnya bunga itu segera mengering. Ketika diperiksa, ternyata ranting itu bukan dari pohon yang hidup, tapi potongan ranting berbunga yang dipotong dan ditancapkan begitu saja. Memang, tanaman itu hidup. Tetapi bunga itu dari ranting mati yang ditancapkan di dekatnya. Seolah-olah, mawar atau bunga ungu di pot kecil itu sudah berbunga indah… Tapi alam tak bisa ditipu. Ranting potongan tidak menjadi hidup kalau hanya ditancapkan di dekat tanaman hidup, seberapa pun dekat menempelnya.
Sebagai orang Kristiani, tentu saja kita itu termasuk orang yang mendekatkan diri dan didekatkan dengan Kristus. Tetapi menjadi pertanyaan penting bagi kita: apakah kita memang sudah bersatu dengan Kristus? Ataukah kita ini hanya ditempelkan di dekat Kristus? Apakah kita sungguh menerima hidup dari Kristus? Ataukah hidup kita sendiri saja yang segera juga akan musna? Apakah keindahan yang kita tampilkan itu sungguh keindahan dari bunga Kristus, ataukah keindahan yang lain? Apa kita ini sungguh orang yang tinggal di dalam Kristus dan Kristus tinggal di dalam kita? Ataukah kita hanya tinggal ‘di dekat’ Kristus, tanpa kesatuan denganNya?
Dalam suratnya, Rasul Yohanes mengingatkan bahwa kita itu hanya sungguh tinggal di dalam Allah dan Allah sungguh tinggal di dalam kita, apabila kita menuruti segala perintahNya. “Barangsiapa menuruti segala perintahNya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia… Dan inilah perintahNya, yaitu supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, AnakNya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita!” Dan Santo Yohanes masih mempunyai satu peringatan lagi buat kita, “Anak-anakku terkasih, marilah kita menaruh cinta kasih bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran!”
Kalau boleh membuka aib (hehehehe… gak tega mau bilang membuka kemaluan…. Padahal kalau rasa rindu dapat disebut kerinduan, rasa lelah tak salah disebut kelelahan, atau rasa ingin biasa dikatakan keinginan, boleh donk rasa malu disebut kemaluan, hehehehe… ah ngaco!), malu juga aku sebenarnya. Kadang cinta kasihku mandeg di kata-kata (lebih parah sering pula di kata-kata kotbah). Kadang bunga indahku bukan bunga Kristus tetapi bunga kemegahan diri yang akan cepat layu dan mati. Dan aku berpikir… jangan-jangan aku bukan ranting yang tinggal di dalam Kristus Sang Pokok, namun cuma ranting berbunga yang ditempelkan di dekatnya… yang akan mati segera.
Ah, Tuhan, jangan biarkan aku jadi ranting kering yang mati di sampingmu! Suburkan cinta kasihku agar aku bersatu denganMu dan hidup dariMu!
[Renungan Yoh 15:1-8 & 1 Yoh 3:18-24]