Sabtu, 28 Februari 2009

NYANYIAN CADEL Yang Begitu Indah...



Rabu malam, aku berbincang sama Yudist & Esthi, di teras belakang Pastoran, dalam udara yang dingin-dingin menusuk membuat perut terasa lapar (syukurlah makin terdukung untuk hayati puasa, jadi terasa bener kalau Rabu Abu hari puasa ketika dingin dan lapar, hehehehe…), hanya ditemani teh hangat yang belum lima belas menit terhidang telah habis! Kami masih asyik dengan obrolan yang kurang dua teman (Yustin masih pusing, Yayie katanya telat tapi tak datang sampai kami pulang), tentang mimpi yang sudah berubah menjadi kerinduan, pun telah menjalani paruh akhir fase cita-cita, dan kini menginjak ke awal metamorfosa menjadi rencana…. preschool atau kelompok bermain yang kita gagas.


Ketika berbincang tentang bagaimana nilai religiositas ditanamkan, sampailah perbincangan mengenai dalamnya kesan nada dalam membentuk rasa. Dan Esthi-Yudist berprihatin mengapa anak-anak sekarang ini sangat hafal lagu-lagu percintaan namun nyaris tak pernah mendendangkan lagu-lagu rohani. Kami berkontemplasi tentang tempat bermain, yang ketika anak-anak datang sudah disambut dengan lagu-lagu rohani kanak-kanak yang membuat mereka berdendang senang, yang saat-saat istirahat juga membuat mereka bergoyang riang, dan saat pulang pun ditelinga masih terngiang… Sempat kepikir, belum pemikiran mendalam, baru obrolan santai saja, mungkin kita memilih menanamkan religiositas lewat nada dan cerita!


Esok harinya, aku memberkati jenazah Mbah Pujo di Bangunjiwo (Klo ada yang kenal, itu Mbah De Miss Tya atau Eyange Sekar). Aku dijemput oleh keluarga, yang memang berombongan satu mobil. Tentang rombongan inilah cerita itu: seorang anak kecil, Daniel namanya, mengaku klas TK-A! Sepanjang perjalanan, di mobil kami ini diperdengarkan lagu-lagu rohani…. Dan Daniel ternyata hapal betul dengan lagu-lagu itu. Dengan suaranya yang masih cadel, dia mengikuti nyanyian di tape mobil itu dan nyaris semua lagu dia hapal! Sebagian besar lagu-lagu itu memang lagu kanak-kanak, dan Daniel sangat menikmatinya. Tapi beberapa lagu rohani yang bukan khas anak-anak pun, dia enjoy mendendangkannya!


Aku langsung teringat pembicaraan semalam dengan Esthi… Ternyata ada Es…. Seorang anak kecil, yang masih cadel suaranya, menghapal sekian banyak lagu rohani, dan menikmati sekali saat menyanyikannya. Gila…. Aku benar-benar terpesona oleh suasana yang tercipta saat mendengar keriangan nyanyian yang tergema dalam dendang riang Daniel dengan suara cadelnya! Ternyata ada… dan kita akan membuatnya: semakin banyak!


Hanya ini Tuhan…pelmohonanku

Telimalah Tuhan… pecembahanku

Pakailah hidupku cebagai alatmu

Seumul hidupku…

1 komentar:

  1. Ya...emang masih ada kok Mo...anak-anak yang fasih menyanyikan lagu-lagu rohani. Walaupun perbandingannya mungkin 10:1, mungkin juga lebih parah lagi... tapi masih ada. Seperti yang dulu pernah kuceritakan, waktu natalan di lingkunganku. Dari sekian anak yang datang (mungkin hampir 20an anak, ketika anak-anak itu diminta untuk maju di depan umat yang hadir dan bernyanyi, hanya 2 anak yang menyanyikan lagu sekolah minggu... oh...sangat memprihatinkan.
    Tapi minimal masih ada, dan selalu terbuka harapan untuk menjadikannya ada... Itu mimpi kita bersama kan.... ;o)
    Semangat....!!!!

    BalasHapus